LBT | Banda Aceh – Perusahaan minyak raksasa Arab Saudi, Saudi Aramco, semakin mempertegas dominasinya di kancah sepak bola global. Hingga pertengahan 2025, jejak perusahaan ini tidak hanya sebatas sponsor, melainkan juga merambah ke ranah investasi strategis yang mengubah lanskap finansial klub-klub top dunia. Namun, ekspansi masif ini juga menuai kritik tajam dari berbagai pihak.
Sponsor Utama dan Mitra Strategis
Salah satu jejak paling kentara dari Aramco adalah keterlibatannya sebagai sponsor utama di berbagai kompetisi dan klub. Melansir dari Reuters, Aramco resmi menjadi mitra strategis global untuk FIFA, dengan nilai kontrak yang diperkirakan mencapai ratusan juta dolar. Kemitraan ini mencakup berbagai turnamen bergengsi, termasuk Piala Dunia 2026. Logo Aramco akan terpampang di stadion, papan reklame, dan materi promosi resmi, memberikan visibilitas global yang tak tertandingi.
Selain itu, di level klub, Aramco juga menunjukkan taringnya. Di Liga Inggris, sejumlah klub dilaporkan tengah dalam pembicaraan intensif untuk menjalin kerja sama sponsor dengan Aramco. Melansir dari The Guardian, klub-klub papan atas yang mencari suntikan dana segar melihat Aramco sebagai mitra ideal. Meski belum ada kesepakatan resmi, rumor tentang nilai kontrak fantastis yang ditawarkan sudah menjadi buah bibir.
Investasi dan Akuisisi Klub
Ekspansi Aramco tidak berhenti di ranah sponsor. Perusahaan ini juga dikabarkan tengah mengincar saham minoritas di beberapa klub elite Eropa.
Melansir dari ESPN, sumber internal menyebutkan bahwa Aramco tertarik untuk berinvestasi di salah satu klub raksasa di Serie A Italia. Langkah ini dianggap sebagai strategi jangka panjang untuk memperkuat pengaruh mereka di industri sepak bola, yang tidak hanya mengandalkan pendapatan dari sektor minyak.
Strategi ini serupa dengan yang telah dilakukan oleh entitas lain dari Arab Saudi, seperti Public Investment Fund (PIF) yang mengakuisisi Newcastle United. Namun, pendekatan Aramco cenderung lebih konservatif, fokus pada kemitraan strategis dan investasi minoritas yang memberikan pengaruh signifikan tanpa harus mengambil alih kepemilikan penuh.
Kritik dan Kontroversi
Di balik gemerlapnya investasi dan sponsor, jejak Aramco di dunia sepak bola juga tak luput dari kritik. Isu sportswashing menjadi tuduhan utama yang dilontarkan oleh berbagai aktivis dan media.
Melansir dari BBC News, para kritikus berpendapat bahwa Arab Saudi menggunakan sepak bola sebagai alat untuk mengalihkan perhatian publik dari catatan hak asasi manusia yang buruk dan isu-isu lingkungan.
Keterlibatan perusahaan minyak, yang dikenal sebagai salah satu penyumbang emisi karbon terbesar di dunia, dalam olahraga yang mengampanyekan keberlanjutan juga dianggap sebagai hipokrisi. Kelompok-kelompok lingkungan, seperti yang dilaporkan oleh The Independent, menyerukan agar FIFA dan klub-klub sepak bola lebih berhati-hati dalam memilih mitra, terutama yang memiliki rekam jejak lingkungan yang kontroversial.
Selain itu, kritikus juga khawatir bahwa masuknya dana masif dari Timur Tengah, termasuk dari Aramco, akan menciptakan ketimpangan yang semakin lebar antara klub-klub kaya dan miskin. Ini berpotensi merusak keseimbangan kompetisi dan mereduksi daya tarik olahraga itu sendiri, seperti yang disuarakan oleh beberapa pengamat sepak bola dalam laporan Forbes.
Masa Depan yang Tidak Pasti
Hingga saat ini, jejak Aramco di sepak bola terus meluas. Meski masih banyak rumor dan spekulasi, satu hal yang pasti: kehadiran perusahaan ini telah mengubah dinamika finansial di kancah sepak bola global. Pertanyaan besarnya adalah, apakah kekuatan finansial Aramco akan membawa sepak bola ke era baru yang lebih makmur, atau justru menciptakan jurang ketidakadilan dan kontroversi yang semakin dalam? Jawabannya mungkin baru akan terlihat dalam beberapa tahun mendatang.